Ilmu Orang Bali Harus Diselamatkan
Takut Punya Lontar, Masyarakat Pilih Menjual
Badung – Siapa lagi yang akan menyelamatkan ilmu pengetahuan dalam lontar kalau bukan orang Bali sendiri. Hal itulah yang ditekuni Ketut Sudarsana, penekun lontar asal Kapal, Mengwi, Badung. Ditemui siang itu, Ketut tengah membaca lontar – lontar koleksinya. Ia menunjukkan bagian – bagian tertentu pada tim Bali Bercerita.
Ketut berkata, ilmu pengetahuan etnis Bali harus diselamatkan. “Orang Bali harus menyelamatkan naskah – naskahnya,” katanya.
Kekhawatiran dan ketakutan akan salah pelihara, kerap menjadi alasan orang Bali enggan merawat lontar milik warisan keluarganya. Padahal menurut Ketut, pemeliharaan lontar adalah dengan membaca isinya dan memahaminya sebagai sebuah ilmu warisan leluhur.
Sesajen atau bantennya pun tidak perlu yang besar, cukup canang Saraswati dan Daksina, dan itupun hanya dilakukan setiap Hari Raya Saraswati. Bali yang kerap diplesetkan dengan “banyak libur” memang memiliki banyak perayaan, salah satunya adalah Hari Raya Saraswati, sebagai hari turunnya ilmu pengetahuan. Saat itulah, segala bentuk sumber ilmu pengetahuan baik buku – buku maupun lontar dibuatkan sesajen.
“Masyarakat takut punya lontar karena masalah sesajen sehingga tidak jarang ada yang menjual lontar dan tidak dipelihara sampai lontarnya hancur,” ungkapnya.
Berbagai ilmu pengetahuan terdapat dalam lontar, ilmu pengobatan, cara – cara menempuh moksa, termasuk ilmu pangleakan. Eits.. tapi jangan salah. Ketut Sudarsana menegaskan bahwa ilmu pangleakan itu bukan ilmu yang buruk atau jahat, tergantung dari orang yang mempelajarinya dan mempraktekkannya.
Seperti diketahui, kitab suci Agama Hindu yaitu Weda terdiri dari 4 jenis yaitu Reg Weda, Sama Weda, Yajur Weda dan Atharwa Weda. Pada mulanya lontar berbahasa Sansekerta, agar mudah dipahami, lontar disadur ke dalam Bahasa Jawa Kuna dan Bali Tengahan.
Sesungguhnya, setiap lontar – lontar di Bali ada petunjuk teknisnya. Termasuk lontar pangleakan yang bersumber dari Atharwa Weda juga memiliki petunjuk teknisnya. Lontar Pangleakan bukan ilmu yang negative tapi salah satu ilmu untuk mencari nilai – nilai kebebasan yang tujuan akhirnya adalah moksa.
Namun jika ilmu pangleakan itu dipelajari dan dipraktekkan untuk bertujuan jahat, maka disebut ilmu ngiwa. Selain itu, walaupun membaca dan hapal aka nisi lontar pangleakan, belum tentu bisa mempraktekkan ilmu tersebut, karena ada proses tertentu yang harus dilakoni dan didampingi pembimbing.tta