27/07/2024

Bahaya !!! Jangan Belanjakan Uang Saat Pandemi

 Bahaya !!! Jangan Belanjakan Uang Saat Pandemi

Denpasar – Selama pandemi belum berakhir, masyarakat diharapkan tidak menggunakan uangnya secara jor – joran, mengingat belum jelas kapan pandemi berakhir dan ekonomi pulih. “Ini saran jujur karena likuiditas susah didapat,” demikian diungkapkan Konsultan Keuangan Prof. Gede Sri Darma, Senin (10/5/21).

 

Tidak menggunakan uang yang dimaksud adalah tidak boros, tidak melakukan investasi dan tetap menjaga likuiditas. Namun hal itu tentunya akan bisa dilakukan oleh orang yang memiliki uang lebih. Sementara masyarakat yang sudah tidak memiliki likuiditas yang cukup atau likuiditasnya tidak banyak, maka disarankan untuk menyimpan uangnya.

 

Baca Juga :  Bank Indonesia Genjot Pemulihan Pariwisata Bali Melalui Rangkaian Kegiatan Edukasi dan Sosial di Kabupaten Buleleng

“Orang yang memiliki uang lebih, sekarang saatnya dia melakukan investasi karena pasti harganya murah. Semua terjun bebas, harga pandemi. Tapi yang uangnya terbatas, jangan coba – coba untuk boros membelanjakan karena kita tidak tahu sampai kapan pandemi ini berakhir,” ujarnya.

 

 

Jika ingin menyimpan uang, masyarakat bisa memilih di tempat yang memberikan return yang besar seperti obligasi dan surat berharga negara, SUKUK, ORI, reksadana. Jika memilih menyimpan uang dalam bentuk deposito, return atau bunganya kecil saat ini. “Saham jangan apalagi criptocurrency, karena risiko tinggi,” ungkapnya.

 

Baca Juga :  Teladani Perjuangan Kartini, OJK Dorong Para Pegawainya untuk Pekuat Integritas dan Sikap Anti Korupsi

Untuk itu, Sri Darma memberi saran untuk mengelola keuangan di masa pandemi. Namun masyarakat harus tahu terlebih dahulu tujuan investasi apakah jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang dan profil risiko dalam diri sendiri.

 

  1. Untuk jangka pendek, maka jawaban tempat investasi yang diharapkan adalah deposito, tabungan.
  2. Jangka menengah yaitu obligasi, SUKUK.
  3. Jangka panjang yaitu saham

Sedangkan profil risiko dalam diri sendiri, dengan mengetahui apakah diri kita termasuk tipe yang agresif atau moderat. Jika mau tujuan jangka panjang, maka investasi yang dilakukan bersifat agresif. Tentu berisiko tinggi namun  returnnya pasti lebih besar. Tapi jika ingininvestasi untuk kebutuhan jangka menengah seperti untuk rencana menikah, bisa dengan investasi yang tipe moderat seperti deposito dan tabungan.

 

Menurut Sri Darma, jika didasari pada kepentingan politis, pemerintah akan meminta masyarakat yang masih memiliki uang untuk membelanjakan uangnya agar ekonomi bergerak sehingga terjadi pertumbuhan ekonomi.

 

Demikian juga dengan penyimpanan dana, pemerintah juga akan mengajak masyarakat untuk diinvestasikan ke sektor riil. Pemerintah akan menyarankan masyarakat untuk menyimpan uangnya di sektor riil, tujuannya agar ekonomi bergerak dan terjadi pertumbuhan ekonomi. Pemerintah akan meminta untuk membangun sektor usaha yang padat karya dan tidak menyimpan uang.

 

“Itulah politik, karena dengan demikian ekonomi akan bergerak, negara juga akan terselamatkan. Tapi kalau orang keuangan akan bilang, Iya kalau usaha sektor riilnya maju usahanya, kalau tidak, bagaimana? Mau pilih mana? Orang keuangan akan berpikir, engga apa – apa dapat 6%, daripada saya investasikan di sektor riil dapat 30% tapi engga yakin,” bebernya.tta