Kenali Manfaat Bir Sebelum Meminumnya
Selama ini, bir mendapat stigma negative sebagai minuman yang memabukkan dan tak ada manfaatnya. Padahal setelah digali lebih dalam pada berbagai jurnal, bir memiliki manfaat besar jika mengetahui porsi minum serta cara minumnya.
Owner Hardcoff Bali Ida Ayu Danik Suardani ketika ditemui siang lalu di kawasan Renon menuturkan, selama ini banyak orang berpikir, bir itu bikin mabuk, minuman orang yang putus harapan, apalagi jika diminum wanita, stigma wanita akan lebih negatif dari bir.
Dalam kehidupan beradat dan beragama masyarakat Bali pun menurutnya tidak lepas dari minum bir. Ketika ada upacara adat maupun agama, bir tersedia. Kebiasaan minum bir ini pun harus diimbangi dengan tingkat edukasi yang baik tentang bir, agar tidak menimbulkan dampak negatif yang dominan, ketimbang dampak positifnya.
Kata Danik, bir sama seperti kopi dan teh. Ketika diminum dengan rasa yang bertanggung jawab dan porsi yang pas, si peminum akan mendapat manfaat yang bagus. “Anak- anak muda disini saya tugaskan untuk menggali artikel tentang bir. Kalau diminum secara bertanggung jawab, porsinya tepat maka manfaatnya akan banyak, seperti minuman kopi dan teh, dan bir ini minuman tidak bergender, bisa laki – laki, bisa perempuan,” ucapnya.
Dalam konsep minum bir yaitu kenali produknya, porsinya, lalu panen manfaatnya, menggunakan penyajian gelas kayu dengan porsi 330 ml. Owner Hardcoff Bali ini mengatakan, porsi minum bir yang baik yaitu 500 ml per hari atau 1,5 gelas per hari berdasarkan jurnal dari Universitas di England.
Dalam jurnal juga disebutkan, minum bir akan mendapatkan manfaat yang paling baik apabila diminum secara berkala. “Ketika itu dilakukan, secara rutin maka kita bisa memanen manfaat itu dengan baik,” imbuhnya.
Bersama anaknya dan mantan chef hotel serta mantan pekerja pariwisata, ia mulai menggali konsep minum bir yang mengedukasi peminum. Edukasi akan dilakukan langsung oleh penyaji serta semua karyawannya, sambil melayani pengunjung. Selain itu, media visual juga akan dipajang di beberapa titik, dengan edukasi tentang bir. “Kita sudah siapkan toolsnya tapi belum kita pasang, karena kita baru buka Mei 2021 lalu,” ungkapnya.
Menurutnya, edukasi perlu dilakukan dengan terus menerus dan dilakukan dengan kekinian. Misalnya saat ini, orang lebih tertarik untuk menerima informasi lewat visual dan gambar bergerak, maka cara itu yang ia lakukan. Ia berharap, pengunjung yang datang teredukasi dengan baik dan memulai langkah yang baik ketika memesan bir.
Komitmen edukasi minum minuman yang beralkohol dilakukan dengan hanya menyajikan minuman beralkohol yang kandungan alkoholnya tidak lebih dari 5%. “Mungkin step berikutnya ketika orang sudah mengenal alkohol, berbagai jenis merk, kita menawarkan yang lain,” ujarnya.
Tidak hanya menjelaskan tentang edukasi minuman beralkohol, Danik juga menjelaskan tentang bahan baku minuman yang merupakan bahan natural yaitu gandum. Hasil fermentasi bahan ini menghasilkan minuman beralkohol dengan kadar 3% – 5%. Dengan bahan baku alam tersebut, penyimpanan dalam barrel, akan membuat bir lebih fresh, siap minum.
Sehingga ketika barrel dibuka, maka harus segera dihabiskan agar kualitasnya tidak berkurang, maksimal 2 minggu harus sudah habis. “Birnya seperti merk kebanyakan , yang dijual di pasaran tapi kita membeli dalam kemasan barrel agar lebih fresh,” imbuhnya.