Pabrik Wanita Ini Sukses Produksi Aneka Camilan dan Kripik
Engga menyangka semua pekerjaan di pabrik yang satu ini dikerjakan oleh tenaga kerja wanita. Pabrik aneka camilan dan kripik Sarinah Jaya memiliki tenaga kerja yang seluruhnya merupakan wanita, mulai dari usia remaha hingga lansia.
Mereka sibuk dengan pekerjaannya masing – masing. Ada yang mengupas pisang dan ubi, ada yang mencuci, ada yang memotong – motong ubi, ada yang mengembas, ada yang memipihkan adonan kripis, ada yang mengaduk kuali berisi adonan dodol, memanaskan tungku.
Meskipun industri rumah tangga namun SOP produksi dengan tetap memperhatikan kebersihan dan keamanan pangan menjadi yang utama. Mereka menggunakan penutup kepala dan masker untuk menjamin semua itu.
Ada beberapa camilan yang diproduksi diantaranya, dodol nangka, keripik singkong rasa ayam taliwang dan nasi goreng khas Lombok, keripik ubi jalar, keripik sukun, keripik pisang, keripik bawang, rengginang, dll.
Beralamat di Jalan Bung Karno No.41, Pagutan, Mataram, Wayan Wiartini (29) berproduksi bersama 25 karyawan sekaligus di depan rumah membuka store produknya. Dalam sehari ini bisa memproduksi 3 – 5 produk berbeda dalam sehari, tentunya dalam jumlah banyak.
Tahun 2020, saat Indonesia menetapkan kasus pertama pada Covid19, bisnisnya pun ikut goyah. Beruntung ia mendapat bantuan dari Bank BPD Bali berupa permodalan KUR sebesar Rp 50 juta. Ia kembali bisa berproduksi agar karyawannya tetap bisa bekerja.
Tidak mau kalah dengan keadaan, ia terus berupaya memasarkan produk lewat berbagai event daring dan offline agar produknya semakin dikenal. Selain itu, bantuan dari BPD Bali menurutnya sangat fleksibel sehingga dalam mengakses permodalan ia lebih nyaman.
Tidak hanya itu, layanan Bank BPD Bali juga menurutnya tidak kalah dengan bank nasional karena Bank BPD Bali memiliki mobile banking yang dilengkapi dengan sistem pembayaran QRIS sehingga transaksi masa kini bisa dilakukan. Ia juga diberikan QRIS merchant oleh BPD Bali sehingga memudahkan pelanggannya berbelanja tanpa harus repot memikirkan uang kembalian.
Kini setelah berusaha bangkit dari pandemi, omzet yang awalnya anjlok hanya Rp 70 juta per bulan, perlahan – lahan bisa ditingkatkan kembali menjadi Rp 150 juta per bulan.