07/10/2024

Inilah Saham-saham Rekomendasi Indo Premier untuk Trading Pekan Ini

 Inilah Saham-saham Rekomendasi Indo Premier untuk Trading Pekan Ini

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan sebesar 0,1% pada pekan lalu dengan kenaikan tertinggi di sektor consumer non-cyclicals. Untuk kebutuhan trading pekan ini, Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas Mino merekomendasikan buy untuk saham-saham non-cylic, cyclic, basic dan technology karena tertopang 4 sentimen.

Keempat penopang market untuk pekan terdiri dari 3 sentimen positif pekan lalu dan 1 sentimen pekan ini. Ketiga sentimen pekan lalu itu adalah neraca perdagangan, suku bunga acuan BI7DRR dan pertumbuhan kredit, sementara itu pada pekan ini investor masih menunggu rilis FOMC Minutes The Fed.

Baca Juga :  Peduli Umat Hindu, Bank BPD Bali Salurkan CSR ke Pura Suranadi

Terkait neraca perdagangan, Mino menjelaskan kalau di bulan Oktober ekspor naik 12,3% yoy menjadi US$ 24,81 miliar, begitu juga dengan impor naik 17,4% yoy US$ 19,14 miliar. Untuk surplus neraca perdagangan di Oktober sendiri mencapai US$5,67 miliar.

“Ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan konsensus yang ekspektasinya hanya di US$4,52 miliar. Tentunya surplus neraca perdagangan ini ditopang oleh sektor non-migas. Dari awal tahun neraca perdagangan 2022 sudah surplus di US$45,52 miliar.”

“Ini angka yang cukup besar dan akan menjadi sentimen positif untuk Gross Domestic Product (GDP) kita karena akan tercatat sebagai penambah pertumbuhan ekonomi,” tandasnya di Jakarta, Senin, 21 November 2022.

Baca Juga :  Sebelum Jadi Investor, Kenali Perbedaan Pasar Perdana dengan Pasar Sekunder

Sementara itu terkait suku bunga acuan BI7DRR dijelaskannya bahwa berdasarkan hasil rapat Dewan Gubernur BI tanggal 17 November 2022, Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan suku bunga sebesar 50 bps.

“Keputusan ini tentu saja untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini masih tinggi dan memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 3,0±1% lebih awal yaitu ke paruh pertama 2023.”
Terkait pertumbuhan kredit, urai Mino, pertumbuhan kredit Oktober 2022 tercatat tumbuh 11,95% yoy yang ditopang oleh peningkatan seluruh jenis kredit di semua sektor.

“Pemulihan kinerja korporasi dan rumah tangga yang berlanjut turut menjadi penopang peningkatan kredit dan pertumbuhan kredit UMKM sebesar 17,50% yoy. Pertumbuhan kredit UMKM ini cukup besar.”

Menurutnya, pertumbuhan kredit ini sebenarnya menjadi salah satu sinyal atau indikator awal bahwa suatu ekonomi itu sehat atau tidak. Kalau masih tumbuh artinya ekonomi suatu negara itu masih akan positif.

Untuk pekan ini investor akan menanti rilis FOMC Minutes The Fed yang sejatinya berbentuk notula rapat The Fed yang telah dilakukan sebelumnya. Investor menanti apakah The Fed akan mengendurkan kenaikan suku bunganya karena pada rapat The Fed terakhir memutuskan untuk menaikan suku bunga 75 bps menjadi 4%.

“Di market saat ini konsensusnya sudah turun, kemungkinan naiknya di 50 bps. Dua bulan terakhir market kita cukup tertekan dengan sikap dari the Fed yang cukup agresif dalam menaikkan suku bunga,” terang Mino.

Jika The Fed hanya akan menaikkan suku bunga di 50 bps maka akan menjadi sentimen yang cukup positif untuk market. Tidak hanya berdampak pada sisi sentimen, tapi juga akan berdampak pada kebijakan BI. Semisal The Fed menaikkan 50 bps, kemungkinan BI akan memutuskan kenaikan 25 bps. Artinya suku bunga di akhir tahun hanya akan di level 5,5%. Ini sinyal yang cukup postif,” tandasnya.

Tertopang sentimen positif ini, Mino pun merekomendasikan buy pada saham-saham berikut ini untuk trading dalam sepekan hingga 25 November 2022: IDX Non-cylic: CMRY (Support 4.520, Resistance 4710), SIDO (Support 740, Resistance 785); IDX Cyclic: LPPF (Support 4.920, Resistance 5.125); IDX Basic: TPIA (Support 2360, Resistance 2410); IDX Tech: GOTO (Support 212, Resistance 240).