Belajar Pembenihan untuk Terciptanya Petani yang Mandiri
Belajar Pembenihan untuk Terciptanya Petani yang Mandiri
Gianyar – Pembenihan kerap menjadi permasalahan bagi petani maupun masyarakat yang baru mulai berkebun. Tidak jarang masih banyak petani yang belum mandiri untuk memproduksi benih dari hasil kebunnya.
Maka dari itu, pada Jumat (27/11), Tanam Saja bersama Yayasan Harmoni Parahyangan mengadakan sekolah lapang di Payangan, Gianyar untuk berbagi ilmu terkait pembenihan.
Sekolah lapang ini dipandu oleh Wayan Suartana dari Yayasan IDEP Selaras Alam. Wayan Suartana sendiri memiliki pengalaman dalam mendampingi petani untuk dapat mandiri dari menghasilkan bibit hingga panen.
Sekolah lapang yang dimulai pada pukul 4 sore ini dihadiri juga oleh ibu-ibu dan pemuda
dari Desa Selasih. Meskipun hujan turun, tidak menyurutkan semangat warga untuk mengikuti
jalannya acara. Warga pun berkumpul di bangunan khusus pembibitan yang dibuat sendiri oleh pemuda-pemuda di Desa Payangan.
Sesi pemaparan materi berlangsung akrab dan penuh tawa, karena keaktifan dari ibu-ibu Desa Selasih. Berbekal spanduk langkah-langkah pembenihan, papan tulis, dan spidol, Wayan Suartana mulai memaparkan materi tentang pembenihan.
Terdapat tujuh langkah yang diawali dari teknik perawatan. Teknik ini terdiri dari penyiraman, pembersihan gulma, pemupukan dengan kompos padat ataupun cair, pengisian mulsa, serta penjarangan ranting dan buah.
Proses ini dilakukan secara berkala, seperti penyiraman pupuk yang dilakukan dua kali dalam seminggu, ataupun penjarangan ranting dan buah yang dilakukan sewaktu-waktu.
“Penjarangan ranting dan buah dilakukan untuk memberikan nutrisi lebih banyak pada buah yang nantinya akan diambil benihnya dan dijadikan bibit,” ungkap Suartana sembari mengilustrasikan prosesnya di papan tulis.
Setelah panen, buah yang nantinya akan dijadikan bibit merupakan buah yang sudah
betul-betul matang. “Contohnya tomat yang benar-benar merah dan tidak cacat,” jelas Suartana.
Selain itu, benih yang bagus ada pada hasil panen pertama sampai ketiga kalinya. Ketika buah untuk pembenihan sudah diambil, langkah selanjutnya adalah pembersihan
dan perendaman. Pada tahap ini, jenis benih dibagi menjadi dua yaitu benih basah dan kering yang memiliki penanganan berbeda.
Untuk benih basah, proses perendaman dilakukan ±24 jam dan keesokan harinya benih disaring agar terlepas dari daging atau isi buahnya. Sedangkan pada benih kering, proses perendaman tidak perlu dilakukan, sehingga bisa langsung dikeringkan.
Seperti benih bunga matahari, sayur ijo, kemangi, kangkung, ataupun kacang panjang. Selanjutnya yaitu proses pengeringan yang bisa berlangsung empat sampai enam hari tergantung jenis biji. Seperti biji kacang-kacangan ataupun jagung yang proses pengeringannya mencapai 2 minggu, ataupun biji selada dan seledri yang hanya membutuhkan 2 sampai 3 hari proses pengeringan.
Langkah pertama pada proses pengeringan yaitu biji diterbarkan pada kain kasa yang
nantinya akan menutupi biji. Kemudian di taruh pada tempat kering yang terkena sinar matahari atau bisa menggunakan seed dryer.
Proses pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air dalam biji. Benih pun harus benar-benar bersih agar bisa bertahan lama dan tidak dimakan rayap. “Bila tahapan pembenihan benar, maka benih akan bertahan hingga 3 tahun,” tutur Suartana.
Untuk menguji keberhasilan proses pembenihan, setelah pengeringan selesai benih dapat diaplikasikan pada media tanam yang terdiri dari komposisi tanah, kompos, dan pasir dengan perbandingan 1:2:1. Pada pemaparan tahap ini, pembicara dan peserta Sekolah Lapang pun turut mempraktekan proses pengujian.
Sembari menaruh benih ke media tanam, Suartana menjelaskan bahwa Benih yang baik memiliki persentase minimal tumbuh 80%. Selanjutnya benih dapat disimpan dalam toples atau kantong kertas yang tertutup rapat,
kemudian diletakan daun intaran kering sebagai penghalau jamur. Selain itu, tempelkan label
dengan nama dan tanggal penyimpanan benih, agar dapat mengetahui umur dan jenis benih.
Contoh benih yang baik dengan label yang lengkap juga langsung diperlihatkan Suartana. Penjelasan dan praktek dari proses penyimpanan pun menjadi akhir dari sesi sekolah lapang kali ini. Peserta mulai tertarik untuk melakukan proses pembenihan agar nantinya tidak bergantung pada benih-benih hibrida. Pengetahuan baru ini juga dirasa penting bagi peserta. “Semoga ada sekolah lapang selanjutnya agar kita tetap semangat untuk menanam,” ungkap Sari
dari Selasih, Gianyar.tta