Bank Diminta Lebih Fleksibel Salurkan KPR
Denpasar – Pemerintah telah menggulirkan beragam stimulus terhadap dunia usaha maupun dalam rangka mendorong konsumsi. Stimulus tersebut diantaranya melonggarkan DP 0% dan memberikan diskon pajak pertambahan nilai (PPn) 10% untuk pembelian rumah tapak atau susun. Dengan demikian harga jual rumah akan bisa lebih murah.
Ketua REI Bali I Gede Suardita mengatakan, meski stimulus telah digulirkan pemerintah, namun penjualan rumah belum bisa dipastikan meningkat mengingat kemampuan masyarakat saat ini masih lemah. Perbankan dalam menyalurkan KPR (Kredit Pemilikan Rumah) juga melihat kemampuan bayar nasabah. “Animo masyarakat tinggi tapi kita lihat kemampuan membeli rumahnya bagaimana,” ujarnya.
Apalagi menurutnya kebijakan suku bunga belum cukup membantu dalam sektor property. Saat ini suku bunga bank untuk KPR rumah subsidi 5% fix, sedangkan suku Bungan KPR untuk rumah komersial 8% -9%. Sedangkan suku bunga normal 12%. Jika suku bunga ini bisa diturunkan akan mempengaruhi nilai angsuran per bulannya, sehingga masyarakat akan mampu membayar angsuran per bulannya.
Bank – bank di Bali masih sangat selektif dalam penyaluran kredit apalagi sektor yang berbau pariwisata. “Mungkin lip servicenya welcome. Tapi begitu menyetor berkas, begitu dianalisa, sektor pariwisata ini pasti akan direject,” ungkapnya.
Menurutnya bank di Bali 80 persen mengelola kredit yang berhubungan dengan pariwisata. Hanya 20 persen portofolio kredit bank menyalurkan ke non pariwisata seperti PNS, BUMN, TNI/Polri.
Ia berharap bank lebih berani dalam pembiayaan konsumsi terutama rumah subsidi, karena pembiayaannya sangat kecil dan rumah subsidi merupakan proyek pemerintah. Bahkan menurutnya, meskipun pariwisata belum pulih, dengan fleksibilitas bank dalam pembiayaan sektor konsumtif akan mampu mendongkrak ekonomi, karena property adalah sektor yang padat karya.tta