18/11/2024

Tertopang Banyak Sentimen Positif, Inilah Saham-saham untuk Trading Pekan Ini

 Tertopang Banyak Sentimen Positif, Inilah Saham-saham untuk Trading Pekan Ini

Ada banyak sentimen positif pada minggu lalu dibanding sentimen negatifnya yang bakal menopang dan menggerakkan market saham pada sepekan mendatang ini. Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas, Mino menyebutkan ada 8 sentimen positif dari minggu lalu yang bakal menggerakkan market pada pekan ini.

Kedelapan sentimen positif tersebut adalah neraca perdagangan September yang kembali surplus, keputusan Bank Indonesia yang menaikkan suku bunga kredit, masih solidnya pertumbuhan kredit September, diperpanjangnya kebijakan uang muka 0% untuk kredit kendaraan bermotor hingga akhir 2023, aksi beli investor asing, solidnya laporan keuangan emiten di triwul 3 2022, kenaikan harga minyak kelapa sawit dan lebih baiknya beberapa laporan Kkuangan di Wall Street.

Baca Juga :  TPID Provinsi Bali Siap Menjaga Kestabilan Harga Provinsi Bali

“Sementara itu sentimen negatif dari minggu lalu hanya ada 2 yakni naiknya imbal hasil obligasi pemerintah Amerika dan tertekannya nilai tukar Rupiah,”tegasnya di Jakarta pada Senin, 24 Oktober 2022.

Terkait neraca perdagangan September yang kembali surplus ia menjelaskan pada bulan September neraca perdagangan kembali tercatat surplus sebesar USD 4,94 miliar (lebih tinggi dari consensus USD 4,84 miliar), namun lebih rendah dari sebelumnya USD 5,71 miliar.

“Surplus neraca perdagangan tersebut ditopang oleh pertumbuhan ekspor +20,28% yoy (sebelumnya +29,93% yoy) dan naiknya impor +22,02% yoy (sebelumnya +32,81% yoy). Di sepanjang triwulan 3 2022 Neraca perdagangan mencapai USD 14,92 miliar (+13% yoy) dan dari awal tahun surplus mencapai USD 39,97 miliar (+59% yoy),” jelasnya.

Baca Juga :  Berkontribusi Tingkatkan Perekonomian Masyarakat, PLN Group Borong Penghargaan CSR Awards 2024 Kementerian Desa PDTT

Sementara itu, keputusan Bank Indonesia yang menaikan suku bunga acuan sebesar 50 bps menjadi 4,75% (konsensus 0,50%) sebagai langkah front loaded, pre emptive dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasaran 3,0% +-1% lebih awal pada 1H23 (sebelumnya 2H23), serta memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah menguatnya USD dan ketidakpastian global.

Pertumbuhan kredit September juga masih solid yakni sebesar +11% yoy naik dari sebelumnya +10,62%. Pertumbuhan kredit ini ditopang oleh seluruh jenis kredit (kredit modal kerja, investasi dan konsumsi) serta seluruh sektor ekonomi.

Menariknya, setelah dalam empat minggu berturut-turut asing melakukan aksi jual sebesar Rp7,84 triliun akhirnya pada perdagangan kemarin asing membukukan pembelian bersih sebesar Rp0,5 triliun.
“Dengan pembelian bersih tersebut maka dari awal tahun asing telah membukukan beli bersih Rp62,61 triliun,” tegasnya.

Sentimen positif lainnya yakni solidnya laporan keuangan emiten di triwulan 3 2022. Di sepanjang 9M22 BBCA membukukan pendapatan bunga bersih Rp 46,1 triliun (+9% yoy) dengan total pendapatan mencapai Rp62,8 triliun (+9% yoy). Laba operasional sebelum pencadangan mencapai Rp39,6 triliun (+9% yoy). Sementara itu laba bersih tumbuh +25% yoy menjadi Rp28,9 triliun.

Terkait harga komoditas minyak kelapa sawit yang berhasil membukukan kenaikan cukup signifikan +4,33%, Mino menegaskan kenaikan harga minyak kelapa sawit tersebut dipicu oleh melemahnya nilai tukar ringgit Malaysia terhadap Dollar Amerika dan kekhawatiran akan gangguan cuaca.

Dari sisi sentimen negatif, kekhawatiran investor terhadap peluang tertekannya ekonomi Amerika seiring keagresifan The Fed dalam menaikan suku bunga acuan paska dirilisnya data inflasi yang masih lebih tinggi dari ekspektasi sempat membuat imbal hasil obligasi pemerintah dengan tenor 10 tahun menyentuh level 4,337% yang merupakan level tertingginya dalam 14 tahun terakhir.

“Namun munculnya ekspektasi bahwa The Fed akan menurunkan keagresifannya dalam menaikan suku bunga acuan membuat yield bergerak turun ke level 4,21%,” tegasnya.

Sentimen negatif kedua yakni menguatnya nilai tukar dolar Amerika terhadap mata uang utama lainnya membuat Rupiah Kembali mengalami tekanan dan pada minggu lalu menyentuh level 15,600an.
Mino lantas menjelaskan sejumlah sentimen positif yang bakal menggerakkan market dalam sepekan mendatang yakni dari sisi domestik ada laporan keuangan emiten di triwulan 3 2022, perkembangan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika dan harga komoditas.

“Sementara itu dari sisi eksternal, market minggu ini akan tertopang oleh berlanjutnya musim laporan keuangan triwulan 3 2022, perkembangan yield obligasi, rilis data Indeks Pengeluaran Konsumen (PCE), indeks manufaktur dan data pertumbuhan ekonomi China dan Amerika di triwulan 3 2022,” tegasnya.

Nah, berkaca dari kuatnya sentimen positif yang bakal menopang market pada sepekan ke depan, Mino pun merekomendasikan aksi buy pada sejumlah saham untuk trading, yakni PGAS (Support:1,780, Resist: 1,950, Cut Loss: 1,730), ADRO (Support: 3,760, Resist: 4,200, Cut Loss: 3,570), INDF (Support: 6,050, Resist: 6,500, Cut Loss: 5,850), UNVR (Support: 4,850, Resist: 5,650, Cut Loss: 4,500), BBNI (Support: 8,425: Resist: 9,600, Cut Loss: 7,850), BBRI (Support: 4,260, Resist: 4,580, Cut Loss: 4,100), BBCA (Support: 8,225, Resist: 9,050, Cut Loss: 7,875),PNBS (Support: 89, Resist: 101, Cut Loss: 83), KLBF (Support: 1,840, Resist: 2,100 1,725), ASII (Support: 6,200 Resist: 6,850, Cut Loss: 5,950). Rilis