08/11/2024

Mendorong Mobilitas Konsumsi Masyarakat Melalui Digital

 Mendorong Mobilitas Konsumsi Masyarakat Melalui Digital

Trisno Nugroho/BDN-ist

Denpasar – Selama tiga triwulan berturut-turut pada tahun 2020, perekonomian Bali terus mengalami kontraksi. Tercatat pada triwulan 3 perekonomian Bali terkontraksi hingga -12,28% (yoy) akibat turunnya kinerja pariwisata. 

 

Oleh sebab itu, diperlukan upaya untuk mengembalikan kinerja perekonomian kembali dengan mendorong mobilitas konsumsi masyarakat melalui inovasi-inovasi berbasis digital terutama bagi UMKM dan pengusaha muda yang menjadi penopang ekonomi di era new normal.

Trisno Nugroho (ist)

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Bali Trisno Nugroho, belum lama ini mengatakan, di tengah pandemi ini, seluruh lapisan masyarakat terutama generasi milenial harus mampu beradaptasi dengan tatanan hidup baru serta mampu menciptakan inovasi-inovasi khususnya yang berbasis digital guna mendorong perekonomian agar dapat bangkit kembali.

 

Covid-19 telah menyebabkan perekonomian nasional mengalami kontraksi yang dalam, hingga triwulan 3 2020 pertumbuhan ekonomi nasional tercatat terkontraksi hingga -3,49% (yoy). Adapun Bali menjadi provinsi yang paling terdampak dengan adanya Covid-19 ini.

Baca Juga :  Juli 2023, Bali Inflasi 2,52 Persen, Ini Penyebabnya  

“Kita semua tentu sepakat bahwa ada potensi yang muncul di tengah pandemi Covid-19. Ditengah perlambatan ekonomi, ekonomi digital terus meningkat dan diproyeksikan tetap akan terus tumbuh,” ungkanya.

 

Potensi tersebut terlihat dari adanya peningkatan transaksi tanpa tatap muka (digital payment) serta adanya peningkatan dari offline to online. Pada saat ini seluruh generasi terutama generasi milenial sudah sangat akrab dengan digitalisasi. Sebut saja berbagai e-commerce lokal hingga mancanegara, aplikasi sosial media, aplikasi jasa pembayaran, aplikasi ticketing, aplikasi hiburan, aplikasi logistik, investasi, aplikasi virtual meeting hingga aplikasi jual beli barang digital lainnya sudah sangat melekat di kalangan masyarakat saat ini.

Penggunaannya pun terus meningkat, terutama di masa pandemi Covid-19 dimana  seluruh pihak berubah menjadi digitaldemi menjaga social distancing danphysical distancing. Di Indonesia, potensi digitalisasi sangatlah tinggi bahkan sebelum pandemi Covid-19 terjadi. Indonesia adalah pasar besar dan potensial untuk menyerap arus digitalisasi. Bahkan saat ini jumlah start up digital sudah sangat besar jumlahnya di Indonesia mencapai 2.196 start up dan 5 diantaranya adalah unicorn.

Baca Juga :  Bali Mencatatkan Inflasi pada Maret 2022

Indonesia sendiri menurut riset Mckensi disebut sebagai the fastest growing country in digital economy. Keberadaan start up digital tersebut diharapkan dapat memberikan multiplier effect pada pertumbuhan usaha UMKM yang semakin go digital. Dengan adanya pandemi Covid-19 maka momen transformasi digital semakin tidak terbendung dan tidak terhindarkan.

Di tengah turunnya kinerja ekonomi, pergeseran interaksi antar manusia yang mengedepankan faktor cleanliness, healthy and safety, justru mempercepat integrasi ekonomi berbasis digital di Indonesia secara luas. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kebutuhan transaksi tanpa tatap muka berbasis online dan membutuhkan dukungan digital payment.

“Bank Indonesia telah merespon digitalisasi sistem pembayaran sejak Agustus 2019 dengan melaunching QRIS (QR Code Indonesian Standard) dan kini mendapat penghargaan dunia sebagai inovasi sistem pembayaran terbaik tahun 2020,” ungkapnya.

Baca Juga :  Penurunan Harga Hortikultura Mendorong Deflasi Agustus 2022

Adapun untuk wilayah Bali, per 6 November 2020, jumlah merchant yang sudah menerapkan digitalisasi pembayaran berbasis QRIS di Provinsi Bali tercatat sebanyak 152.377 merchant, atau meningkat 499% bila dibandingkan dengan jumlah merchant pada akhir tahun 2019 (ytd).

Ekspansi jumlah merchant tersebut mampu meningkatkan penggunaan transaksi digital berbasis QRIS di masyarakat dengan jumlah transaksi lebih dari 60 ribu transaksi dengan nominal mencapai Rp 11,93 miliar pada akhir Agustus 2020. Dari pencapaian tersebut, 70 persen berasal dari transaksi pada usaha mikro, kecil dan menengah.

“Saat ini, wilayah Bali menjadi Provinsi ke-8 dengan jumlah merchant terbesar di Indonesia dan hal ini saya yakini akan terus meningkat terutama dalam tatanan hidup era baru saat ini,” ungkapnya.

Turunnya pengunjung wisatawan di wilayah Bali berdampak signifikan terhadap penurunan penjualan seluruh usaha UMKM di Bali. Oleh sebab itu yang pertama harus dilakukan adalah pengenalan pemasaran digital dan strategi apa yang harus dilakukan dalam melakukan pemasaran digital agar dapat bertahan di tengah badai pandemi saat ini.

Baca Juga :  Perketat Kawasan BNDCC, Polda Bali Libatkan Pasukan Berkuda 

Dalam hal ini, model bisnis QRIS yang menawarkan solusi offline to online diharapkan dapat mendukung geliat aktivitas pemasaran UMKM di Bali.Untuk itulah tema strategi pemasaran digital diangkat menjadi fokus dalam webinar kali ini.

“Dalam hal digitalisasi, kita bisa mengambil pengalaman anak-anak muda yang sudah berhasil bertransformasi seperti Cellular World dan Mitos Kopi. Melalui mereka kita dapat belajar mulai dari bagaimana mereka memulai transformasi dan dampak yang dirasakan pada usahanya saat ini,” ujarnya.

 

Selain itu dukungan perbankan dalam mengedukasi merchant dan user agar dapat bertransformasi secara digital  serta menggunakan pembayaran digital juga sangat penting.tta