Pengurus Permabudhi Bali 2024-2028 Dilantik dan Dikukuhkan
Pengurus Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi) Bali dilantik pada Kamis (14/3/2024] di Vihara Naitreya Bali, Jalan Gunung Soputan Denpasar. Pengurus Permabudhi Bali dilantik langsung oleh Ketua Permabudhi Pusat Prof. Philip K.Wijaya dan disaksikan Kepala Kesbangpol Bali, Ketua FKUB Bali dan Perwakilan dari Kementerian Agama Kanwil Bali.
Kesbangpol Bali I Gusti Ngurah Wiryanata mengapresiasi acara pelantikan dan pengukuhan pengurus Permabudhi Bali Periode 2024-2028, karena sesungguhnya acara Pelantikan dan Pengukuhan ini merupakan kewajiban konstitusional organisasi.
Selain itu, acara Pelantikan dan Pengukuhan Pengurus Permabudhi Bali Periode 2024-2028 pada hari ini mengindikasikan telah berjalannya proses demokrasi pada suatu organisasi, yang tentunya dari awal sudah melalui proses dan mekanisme yang dilaksanakan secara demokratis.
Ia berharap dengan dilaksanakan acara Pelantikan dan pengukuhan agar dapat membuat program kegiatan berdasarkan pemikiran yang baik dan jernih serta berorientasi pada revitalisasi, reaktualisasi pada program kerja secara optimal sehingga Permabudhi Bali Periode 2024-2028 sebagai mitra Pemerintah Daerah dapat meningkatkan prestasi dan kinerja organisasinya.
“Saya juga berharap, Permabudhi Bali Periode 2024-2028 kedepannya terus bisa membantu Pemerintah Provinsi Bali untuk bersama-sama menyukseskan program prioritas pembangunan di Daerah Bali, antara lain pengentasan kemiskinan ekstrem, penurunan angka stunting serta tentunya menyukseskan pelaksanaan Pemilu dan Pemilukada Serentak Tahun 2024,” ujarnya.
Ketua FKUB Bali Ida Panglingsir Agung Putra Sukahet mengajak Permabudhi berperan dalam menjaga kerukunan di Bali. “Mari jaga kerukuran dan toleransi, persaudaraan di Bali. Itu sumbangsih yang bisa Permabudhi. Kalau berhasil di dalam menjaga, merawat NKRI, merawat mengamalkan Pancasila,” ujarnya.
Ketua Permabudhi Bali terpilih Hery Sudiarto mengatakan, Permabudhi harus membawa pesan – pesan perdamaian, kerukunan, hidup harmonis tanpa membeda – bedakan suku, agama, ras, antar golong termasuk di dalamnya agama Buddha sendiri, tidak membeda – bedakan sekte, tata cara, puja kebaktian maupun lainnya. “Pesan- pesan perdamaian, persatuan harus kita gaungkan dan diwujudkan bersama -sama dalam bentuk perilaku nyata,” ujarnya.