22/11/2024

Operasikan PLTS Terapung Terbesar, PLN Janji Tak Teken Kontrak Pembangunan Pembangkit Berbahan Bakar Batu Bara Lagi

 Operasikan PLTS Terapung Terbesar, PLN Janji Tak Teken Kontrak Pembangunan Pembangkit Berbahan Bakar Batu Bara Lagi

PT PLN (Persero) mencatatkan sejarah baru karena telah sukses mengoperasikan PLTS Apung terbesar di Indonesia dengan kapasitas 561 kilowatt peak (kWp). Beroperasinya PLTS terapung di kawasan Tambak Lorok, Semarang tersebut akan meningkatkan bauran energi baru terbarukan di Indonesia.

 

PLTS Apung yang dioperasikan melalui anak usaha PLN, PLN Indonesia Power (PLN IP) ini merupakan bagian dari pembangunan PLTS dengan total keseluruhan sebesar 920 kWp di beberapa gedung Kompleks Pembangkit Listrik Gas dan Uap (PLTGU) PLN IP Semarang Power Generation Unit (PGU).

Baca Juga :  Layani FIBA World Cup 2023— PLN Siapkan Skema Zero Down Time di IMS GBK

Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengatakan, pembangunan PLTS ini merupakan wujud komitmen PLN bersama anak usahanya dalam upaya mendorong program transisi energi, mengurangi dampak perubahan iklim dan mencapai _Net Zero Emission_ (NZE) 2060.

 

“Dalam upaya menuju NZE 2060 PLN telah melakukan beberapa inisiatif. Misalnya adalah dengan tidak lagi membuat kontrak baru pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara. Sebagai gantinya, PLN mulai membangun pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT). Strategi besarnya adalah _shifting away_,  dari pembangkit berbahan fosil menjadi pembangkit EBT,” ujar Darmawan.

 

Senada dengan Darmawan, Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra mengungkapkan, pembangunan PLTS ini merupakan komitmen PLN IP bersama anak usahanya, PT Indo Tenaga Hijau dalam mewujudkan transisi energi di Indonesia. Pembangunan PLTS ini juga bagian dari upaya optimalisasi lahan potensial yang diintegrasikan dengan _renewable energy generation_.

Baca Juga :  Sambut Bulan K3 Nasional, PLN Ajak Masyarakat Sadar Bahaya Listrik

“PLTS Apung ini, dibangun di atas _water pond_ seluas 1 hektar dengan waktu pembangunan selama 8 bulan. Pada tahun pertama PLTS ini akan memproduksi listrik ramah lingkungan sebesar 1,4 juta kWh per tahun dan berkontribusi menurunkan emisi gas Co2 hingga sebesar 1.304 ton/tahun,” kata Edwin.

 

Edwin meneruskan, PLN memiliki program-program inisiatif transisi energi yang mengkonsolidasi dukungan berbagai pihak. Baik entitas bisnis, lembaga pendanaan, yang didukung pemerintah untuk mencapai NZE 2060.

 

“Hal ini merupakan wujud inovasi yang kami lakukan guna mendukung penyediaan energi bersih di indonesia dan mencapai _net zero emission_ pada tahun 2060,” tutup Edwin.