Peduli Umat Hindu, Bank BPD Bali Salurkan CSR ke Pura Suranadi
Umat Hindu tersebar di seluruh Indonesia. Tidak hanya di Bali mayoritas beragama Hindu, di Provinsi lain juga terdapat jumlah umat yang juga besar. Sebaran umat Hindu ini perlu mendapat pembinaan yang merata.
Dengan kondisi geografis, perkembangan jaman, beragam usia umat dan tingkat pendidikan dan kondisi wilayah, maka pembinaan umat Hindu harus sesuai dengan kondisi. Di Lombok Barat, tepatnya di Desa Suranadi, Kecamatan Narmada ada 1.500an KK yang beragama Hindu dan menjadi pangempon Pura Dang Kahyangan Suranadi.
Mereka dapat beribadah dengan fasilitas yang layak dan memadai. Namun pembinaan umat juga harus diperhatikan. Pemangku Pura Dang Kahyangan Desa Suranadi, Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat Ida Mangku Wayan Suarsana mengatakan, umat yang beribadah ke Pura ini mendapatkan fasilitas yang cukup seperti parkiran, kamar mandi dan tempat malukat.
Bahkan dalam waktu dekat, umat disana juga akan memiliki wantilan yang merupakan bantuan dari Bank BPD Bali. Tidak hanya fasilitas yang memadai, pembinaan umat juga harus diperhatikan.
Pembinaan umat selama ini hanya lewat parisadha Hindu melalui pasraman – pasraman. Komisaris Utama BPD Bali Ida Bagus Putu Anom Redhi belum lama ini mengatakan, di Indonesia banyak sebaran umat Hindu, fasilitas umat cukup memadai karena dirawat baik oleh umat. Tapi sarana pendidikan seperti pasraman yang menurutnya masih kurang.
“Karena di seluruh Indonesia, ada kesatuan TNI Polri, yang mana disanalah pusat perantauan umat kita. Maka pembinaan perlu ditingkatkan, peran PHDI perlu ditingkatkan, memang ada keterbatasan sumber daya tapi daya juang umat cukup bagus,” ujarnya.
Antropolog dari UHN IGB Sugriwa Prof. Nyoman Yoga Segara menilai, untuk melihat peta kondisi umat Hindu di Indonesia harus melihat peta demografinya karena umat Hindu di Indonesia terdiri dari Hindu Bali yang ada di Bali, orang Hindu Bali yang ada di luar Bali dan Hindu yang berangkat dari kepercayaan lokal. Persebarannya sporadis sehingga tidak semua daerah merata orang Hindunya.
Persoalan fundamentalnya yang dihadapi umat Hindu di Nusantara dan orang Indonesia pada umumnya adalah akses pendidikan, ekonomi, kesehatan yang diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sehingga jika ingin IPM umat Hindu berkualitas maka ketiga indikator tersebut harus ditingkatkan kualitasnya.
Paling dominan adalah akses pendidikan. Banyak umat Hindu tidak memperoleh akses pendidikan yang adil dan merata , maka diperlukan akselerasi untuk membuka akses itu bahkan harus ada intervensi agar bisa memobilisasi umat Hindu untuk bisa belajar lalu mengikuti pendidikan dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi, tidak harus di pendidikan agama tapi juga pendidikan umum.
Sementara masalah ekonomi umat Hindu adalah masalah pemberdayaan ekonomi keumatan yang belum maksimal bahkan kajian tentang ekonomi keumatannya pun belum ada. “Kita membutuhkan formula untuk bisa merumuskan ekonomi keumatan Hindu seperti apa. Jangan sampai ekonomi keumatan itu hanya menjalankan program dari kementerian perindustrian, kementerian ekonomi kreatif, dll tapi ada karakteristik Hindu berbasis ajaran Hindu,” ujarnya.
Yang terpenting adalah pembinaan umat juga harus berubah baik materi maupun metode. Materi pembinaan harus materi bermuatan lokal, berbasis lokalitas. Hindu harus punya standar pembinaan yang sama tapi isi dan cara penyampaian berbeda sesuai dengan lokalitas. “Kita butuh pembinaan lebih agresif, tidak lagi konvensional, tradisional seperti dharma wacana. Mungkin pada konteks tertentu dharma wacana dibutuhkan tapi pada konteks lain pembinaan juga perlu berinovasi seperti menggunakann media, video, dll” ujarnya.
Arah pembinaan umat harus mengakomodir segmentasinya yang tidak harus seragam. Mengingat umat Hindu beragam tingkat pengetahuan, pemahaman, daerah tempat tinggal, usia dll. Maka akses pembinaan harus diperoleh semua umat Hindu, baik yang berada di daerah terluar Indonesia, terdalam dan tertinggal.rls