27/07/2024

Manusia, Wujud dari Ongkara, Cek Penggunaan Ongkara dan Omkara yang Benar

 Manusia, Wujud dari Ongkara, Cek Penggunaan Ongkara dan Omkara yang Benar

Dirjen Bimas Hindu Prof. Duija menjelaskan tentang Ongkara dan Omkara dalam kajian filsafat dan linguistik/BDN

Manusia adalah wujud dari aksara Ongkara. Maka dari itu, aksara sangat penting bagi kehidupan manusia Bali. Namun pemahaman terkait aksara perlu dipahami setiap umat agar tidak salah menafsirkan.

Dirjen Bimas Hindu Prof. Dr.Drs. I Nengah Duija, M.Si., Jumat (31/3/2023) dalam Seminar Ong dan OM dalam Kajian Filosofi dan Linguistik yang diselenggarakan mengatakan, dalam kajian filosofi dan linguistik, Ong dan Om menurutnya adalah Aksara menghidupkan manusia, manusia menghidupkan aksara (aksara uriping jadma-jadma nguriping aksara). Kata Ong dan Om lahir sebagai sebuah identitas dari kebudayaan, agama, filsafat, seni dan sebagainya.

“Aksara ini yang membuat badan halus kita menjadi badan yang secara materiil bisa kita lihat pada kenyataannya. Aksara ini yang membuat manusia memiliki nafas, memiliki bayu, prana, dan manusia juga yang menghidupkan aksaara,” ujarnya.

Baca Juga :  Sambut Seri Anime One Piece ke-15, UNIQLO Luncurkan Koleksi Kolaborasi UT One Piece Film

Semua ujung dari aktivitas di semesta ini akan menuju Ongkara yang merupakan pusat atau tujuan setiap makhluk di dunia ini termasuk manusia. Oleh karena itu Ongkara ini adalah bagian dari intisari kehidupan kita. Tubuh manusia sesugguhanya dibagi dua, setengah disebut sasoring utama yaitu setengah dibawah utama angga dan setengah adalah saluiring utama angga yaitu seetengah di atas angga utama dan keduanya tidak bisa dipisahkan.

“Dalam tubuhh kita ada Ongkara ngadeg dan nyungsang. Pertemuan Ongkara ngadeg dan sungsang menyebabkan manusia bisa hidup. pada pangkal leher adalah ujung ongkara ngadeg, bertemu dengan ongkara sungsang, itu sebabnya pada setiap diri manusia bagian bawah dan atas, sama – sama sebagai pangkal, sementara bagian ujung – ujungnya adalah bagian tengah,” jelasnya.

Baca Juga :  Purna Tugas, Polresta Denpasar Diantar Naik Dokar 

Utama angga adalah bagian tubuh manusia yang dibagi menjadi 4 oleh sang hyang parama wisesa, yang menciptakan manusia sejati. “Makanya ketika orang meninggal, pada kajang-nya ada ongkara ngadeg dan ongkara nyungsang, dan aksara ang ah dibalik. Ketika manusia hidup aksaranya adalah ang ah, sedangkan manusia mati, dibali menjad ah ang, “ ujarnya.

Manusia adalah Ongkara sendiri. Rambutnya sebaga nada, kepala sebagai windu, bahu sebagai ardha candra, badan sebagai aksara U kara. “Itulah yang dilambangkan sebagai personifkasi aksara. Rupa sastra ada di dalam prana, nafas manusia, ketika nafas itu ada, maka manusia disebut hidup. Dan prana inilah yang harus dijaga, sehingga jaya prana, nafas yang menang. Kaalau sudah memiliki prana disebut atangi, kalau nafass tidak ada, namanya layon sari,” imbuhnya.

Rektor UHN IGB Sugriwa Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si.mengatakan aksara Bali adalah aksara sakti. Banyak pendapat di masyarakat masih simpang siur berkaitan dengan aksara Om dan Ong. Menurutnya, dalam prasasti agulingan menyebutkan adanya Om. Dalam prasasti yang masih muda juga ditemukan aksara Om.

PHDI tahun 1959 mensepakati bahwa Om adalah aksara suci Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan aksara suci Agama Hindu. Sehingga ketika menyusun Tri Sandhya menggunakan Om. “Aksara Om diganti menjadi Ong pada TV, perlu dikaji lagi,” ujarnya.

Dalam seminar tersebut juga menghadirkan Pembicara Prof. Suarka dari Universida Udayana, Guna Yasa dari WikiAksara, Sugi Lanus seorang Filolog, dan Made Suarbhawa dari Balai Arkeologi.