Krama Desa Adat Batukaang dan Mengani Kembali “Bersatu” di Pura Puseh Batan Tiing
Ada cerita unik dibalik penyelenggaraan upacara “Pengenteg Linggih, Mupuk Pedagingan, Pedudusan Agung, dan Menawa Ratna” di Pura Puseh Batan Tiing, Desa Batukaang, Kecamatan Kintamani, Kabuparen Bangli. Dua desa adat di kawasan Kintamani Barat yakni Desa Adat Batukaang dan Desa Adat Mengani semula bersatu mengempon Pura Puseh Batan Tiing, namun sejak beberapa dasa warsa silam berpisah jalan.
Bendesa Adat Batukaang I Ketut Resep, Jumat (25/7/2025) dihadapan ratusan krama Desa Adat Batukaang dan Krama Mengani menyatakan sebelumnya Desa Adat Batukaang dan Mengani sama-sama jadi pengemong Pura Puseh Batan Tiing. “Pura Puseh ini ada dua pelebaan yakni Puseh Kaleran dan Puseh Delodan, walaupun Pura ini ada wilayahnya di Desa Batukaang. Dahulu Pura Puseh Delodan diemong krama Desa Adat Mengani. Entah apa permasalahannya diantara para leluhur kami, Pura Puseh Delodan tidak lagi diemong Desa Adat Mengani saat ini,” jelas Bendesa Resep. Bendesa Resep menduga ada kesalahpahaman yang menyebabkan Desa Adat Batukaang dan Mengani tidak kompak menjadi pengempon Pura Puseh Batan Tiing sejak beberapa dasar warsa silam.
Saat ini kedua areal pura tersebut telah diperbaiki, dan dilaksanakan karya pengenteg linggih. Bendesa Resep pun secara khusus melayangkan undangan ke Desa Adat Mengani agar bersedia membantu penyelenggaraan upacara tersebut. Krama Desa Adat Mengani pun bersatu padu bergotong royong (ngayah) menyukseskan persiapan dan penyelenggaraan upacara tersebut.


“Kehadiran Krama Mengani ngiring Ida Betara Pura Puseh Mengani dan sembahyang bersama saat ini sangat bermakna bagi kami krama Batukaang, Mari kita bersatu kembali menjalin persaudaraan skala dan niskala. Jika nanti ada piodalan di Pura Puseh Mengani, mohon dikabarkan kepada krama Batukaang, Jika tidak ada halangan kecuntakaan, Krama Batukaang pasti hadir untuk mengikuti persembahyangan,” ujar Bendesa Ketut Resep sekaligus meminta krama Desa Adat Batukaang dan Mengani melupakan “kisah kelam” masa lalu.
Sejumlah krama adat Batukaang yang ditemui di lokasi mengakui dukungan Krama Desa Adat Mengani sangat tinggi dalam melancarkan penyelenggaraan karya ngenteg linggih itu. “Saat mebat persiapan puncak karya, menyembelih kerbau, membuat guling babi dan sebagainya, tanpa bantuan krama Mengani, kami pasti keteteran. Semangat persaudaraan Batukaang dan Mengani harus terus dijaga sehingga semakin erat,” ujar Bapa Gopel singkat.
Semantara itu Perbekel Desa Batukaang I Made Paing didamping Ketua Panitia Karya I Wayan Panggil dan Mangku Pura Pucak Sari menjelaskan karya ngenteg linggih sebagai tindak lanjut dari selesai perbaikan Pura Puseh Batan Tiing sejak Tahun 2019.
“Pembangunan Pura ini rampung dengan menggunakan dana dari berbagai sumber baik Bantuan Keuangan Khusus Pemprov Bali, APBDes dan juga swadaya 70 KK krama desa pengarep Desa Adat Batukaang,” ujar I Made Paing. Dijelaskan, Desa Adat Batukaang terdiri dari 70 Krama pengarep yakni warga desa yang mengelola tanah ayah desa dan 189 krama banjar/tidak mengelola ayah desa.
Lebih jauh Perbekel Made Paing menjelaskan penyelenggaraan karya ngenteg linggih itu nilainya jauh lebih besar dari biaya pembangunan fisik. “Ini lebih dari Ro. 1 M, biaya penyelenggaraannya, dan sumberdana juga beragam,” jelasnya. Secara rinci dana upacara ngenteg linggih berupa urunan 70 krama pengarep Ro. 5 Juta/KK, alokasi dana Desa Rp. 70 Juta, Dana BKK Rp. 130 Juta, Duen Desa (dana yang dikumpulkan dari hasil tanah laba pura, dedosan serta yang lainnya) sebesar Rp. 160 Juta serta punia dari berbagai pihak terutama 189 Krama Banjar Batukaang dan Krama Adat Mengani.
Sementara itu I Wayan Panggil dan Mangku Pucak Sari Batukaang menuturkan prosesi karya agung tersebut sudah dilaksanakan sejak 10 Juli 2025, Pucak karya dilaksanakan pada 23 Juli 2025, dan Nyineb pada 3 Agustus 2025. Acara tersebut dipuput oleh 12 sulinggih di Kabupaten Bangli.