17/11/2024

OJK Luncurkan TKBI, Dukung Teknologi Bersih dan Transisi Menuju Net Zero Emission

 OJK Luncurkan TKBI, Dukung Teknologi Bersih dan Transisi Menuju Net Zero Emission

Jakarta-   Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggelar Pertemuan  Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) yang digelar di Jakarta, Selasa (20/2/2024) dan dihadiri Presiden RI Joko Widodo.  Dalam acara itu,  OJK juga meluncurkan Taksonomi untuk Keuangan Berkelanjutan Indonesia (TKBI).

TKBI merupakan taksonomi pertama di dunia yang mengatur perlakuan terhadap mineral kritis (critical minerals) dalam rangka mendukung  teknologi bersih  dan transisi menuju Net Zero Emission.

Dimana, dengan terbitnya TKBI, Indonesia telah memiliki  standar klasifikasi berkelanjutan yang berkualitas tinggi yang dapat mencegah praktik greenwashing, social washing dan impact washing.

Baca Juga :  Pembangkit Tenaga Matahari Bakal Dibangun di Indonesia

Pada kesempatan PTIJK tersebut, Presiden RI mengapresiasi OJK dan kerja sama seluruh pihak dalam memajukan dan mewujudkan resiliensi industri jasa keuangan Indonesia.

Dalam arahannya, Presiden RI menyampaikan untuk terus belajar dari krisis
keuangan di masa lalu dan agar tetap waspada dalam menjaga industri jasa keuangan dan perekonomian, terus meningkatkan tingkat literasi dan inklusi keuangan serta dukungan terhadap pembiayaan UMKM dan keuangan berkelanjutan.”Saya mengapresiasi penyempurnaan taksonomi berkelanjutan Indonesia yang diluncurkan tadi oleh Ketua OJK sehingga inisiatif keuangan hijau bisa menyeimbangkan aspek ekonomi, lingkungan dan inklusivitas. Terima kasih atas dedikasi Bapak/Ibu dan kerja keras OJK dalam memajukan sektor keuangan,” katanya.
Baca Juga :  OJK Dukung Upaya Berantas Judi Online

Mencermati berbagai tantangan  dan peluang yang dihadapi serta  kebijakan-kebijakan yang diambil,  Ketua Dewan Komisaris OJK, Mahendra Siregar menyebut pihaknya optimis  tren positif kinerja sektor jasa keuangan akan berlanjut.

OJK menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga didukung oleh permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga sehingga mampu menghadapi potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global. ***