18/12/2024

Bantuan Alat Produksi PLN Mampu Tingkatkan Produksi Tepung Non Gluten KWT Dewi Catur

 Bantuan Alat Produksi PLN Mampu Tingkatkan Produksi Tepung Non Gluten KWT Dewi Catur

PT PLN (Persero) menyerahkan bantuan alat – alat produksi kepada KWT Dewi Catur pada Jumat (28/7/2023). Bantuan tersebut sebagai bentuk komitmen PLN dalam mendukung pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Manager Komunikasi dan TJSL PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Bali, I Made Arya mengatakan, melalui bantuan PLN berupa mesin – mesin produksi antara lain mesin penepung, mesin pengupas, mesin peniris dan oven pengering diharapkan dapat memberikan kemanfaatan sehingga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat.

KWT Dewi Catur merupakan kelompok penghasil tepung non gluten di Bangli. Menurutnya dengan bantuan yang diberikan mampu memacu produktivitas UMKM yang sebelumnya hanya menghasilkan 2 kilogram tepung labu kuning dan talas menjadi 15 kg tiap minggunya.

Baca Juga :  Sapa Pelanggan di 3 Kota, PLN Tebar Promo Tambah Daya

Ketua KWT Dewi Catur Ana Setyowati menceritakan, sebelumnya kelompok wanita tani fokus pada kegiatan pembibitan dan penanaman. Namun saat pandemi Covid-19, banyak hasil panen tidak laku terjual di pasar sehingga harus dibawa pulang dan akhirnya banyak yang membusuk. “Oleh karena itu, kami terpikirkan untuk mengolah hasil panen, seperti waluh, menjadi tepung agar termanfaatkan dan tidak sia – sia,” tuturnya saat memberikan testimoni pada acara penyerahan bantuan PLN Peduli di Kantor Desa Catur.

Ana menambahkan, kala itu untuk meningkatkan kemampuan produksinya, ia belajar dengan mengikuti pelatihan pembuatan tepung melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat.“Setelah mengikuti pelatihan itu, kami dapat memproduksi tepung – tepung dari waluh dan talas menjadi tepung yang gluten free,” ucapnya.

Baca Juga :  Sudah Terpusat, _Command Center_ PLN Jadikan Layanan Kelistrikan Makin Andal

Dirinya juga menuturkan bahwa tepung non gluten ini memiliki banyak peminat khususnya yang dari mancanegara. “Waktu itu sudah ada yang mau bekerja sama untuk pembelian, namun kami hanya memiliki mesin yang sederhana, hanya mampu menghasilkan 2kg tepung basah yang keringnya hanya menghasilkan beberapa ons saja sehingga tidak mampu memenuhi permintaan dan kerja sama harus berakhir,” ungkapnya.